Sri yang baru turun dari sebuah angkot, ia berdiri sambil melihat kembali alamat yang akan ia tuju. Dan mencari cari alamat tersebut
Namun ia terkena botol bekas yang terlempar kea rah kepalanya karena injakan dari ban mobil. Nina menggerutu karena lemparan itu membuat sedikit sakit “Aduh orang Jakarta nih ya nggak sopan noh” “sakit loh ini” Ucapnya kembali sambil memegang kepalanya yang sakit
Kemudian Sri kembali mencari alamat yang akan ia tuju. Ia berjalan kea rah pos satpam yang terlihat di komplek itu.
Sri bertanya “ Nyuwun sewu mas, jalan pemuda nomor 36 dimana yah?” terus satpam itu membalas “Jalan Pemuda no. 36 ada didalam silahkan non” ucap satpam itu sambil mempersilahkan sri masuk. Kemudian Sri mengucapkan”Ya wis, makasih ya pak. Matur nuwun”
Sementara itu Naomi terlihat berada dikamarnya, ia masih
menunggu “sepupunya” itu.
Ia mengeluh karena sepupunya itu belum sampai juga. “Aduh,
landing jam berapa sih itu pesawatnya” ia melihat jam tangannya kembali dan
berkata “bisa telat gue”
Terlihat Sri sudah masuk komplek yang ia tuju, ia mencari
cari nomor rumah yang tertera di alamat itu. Akhirnya ia menemukan sebuah rumah
yang alamatnya pas seperti yang tertera pada kertas yang bertuliskan alamat
itu. Ia pun senang akhirnya ia menemukan alamat yang ia tuju.
“Bener, waah”
“Assalamualaikum”
Teriak Sri dari luar memanggil si pemilik rumah itu berkali
kali dan memencet bel.
Sedangkan Naomi yang mendengar suara bel berbunyi langsung
terkejut dan berpikir bahwa itu adalah sepupunya.
“Eh itu pasti sepupu gue sosialita deh, eh tapi ntar dulu.
Namanya siapa? Namanya? Nggak penting nggak penting. Gue harus kelihatan lebih
oke. Lebih oke”
Kemudian Naomi bergegas melihat ke depan. Saat ia melihat ia terkejut karena yang ia lihat berbanding terbalik dengan pemikirannya.Ia memandang Sri dengan tatapan yang mengejutkan
“Misi mba, salamualaikum”
“Sorry gue nggak nerima orang minta sumbangan”
“Mba mba bentar”
“Ah, ah, ah, Elo megang gue, Oh my God”
“Alah, saya kesini bukan minta sumbangan, saya kesini cari
alamat”
“Alamat?”
“Iyah”
“Alamatnya budhe Rahayu”
“Ha? Apa loe bilang? Budhe Rahayu?”
“Aduh plis, elo salah sambung”
“Eh ngapain megang gue, aduh plis deh”
“Halah, mba jangan marah marah mulu. Tapi bener kok
alamatnya. Jalan pemuda no. 36. Tadi saya udah Tanya Tanya bener kok ini. Tuh
nomore sama toh”
“Stop stop stop, aduh gue gila gue gila. Gue udah bilang kan
disini bukan rumah budhe Rahayu. Disini rumahnya Bu Sarah sama Bapak Alex. Loe
ngerti nggak sih?”
“Aduh plis deh gue lagi nunggu tamu penting, bukan orang kampungan
kaya elo, ih cupu banget sih lo, pergi pergi pergi,jangan pergi gue, gila gila
gila”
“Mba.. mba…”
“Mba yakin mba disini nggga ada budhe Rahayu?”
Sri Nampak kecewa karena ia tidak bisa menemukan budhe Rahayu itu.
Nampak Sarah dan Oma sedang melakukan Yoga.
“Mama tuh nggak bisa bayangin yah dari mulai sekarang sama
kamu, kan bisa tuh dia tinggalnya disana nggak usah bareng bareng Naomi disini”
“Ibu sudah cukup 16 tahun saya mengalah sama ibu”
Sarah kemudian mengingat apa yang sudah terjadi 16 tahun
lalu padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar